Kereta Berdarah (2024) adalah film horor-thriller Indonesia karya Rizal Mantovani dengan naskah dari Erwanto Alphadullah, menghadirkan kisah mencekam tentang teror di dalam kereta malam yang berubah menjadi ladang pembantaian. Dengan atmosfer kelam, sinematografi menegangkan, dan misteri yang terus menekan, film ini membawa penonton pada perjalanan tanpa arah antara hidup dan mati.
SINOPSIS
Kereta Berdarah (2024) dimulai dengan suasana tenang di malam hari saat Kereta Sangkara berangkat dari Jakarta menuju Surabaya. Di dalamnya, puluhan penumpang dari berbagai latar belakang menempati gerbong-gerbong berbeda — seorang ibu muda dengan bayinya, pasangan muda yang baru menikah, sekelompok mahasiswa, hingga petugas kondektur yang sudah puluhan tahun bekerja. Tak ada yang menyangka bahwa malam itu akan menjadi perjalanan terakhir bagi sebagian dari mereka.
Di tengah perjalanan, tepat pukul 23:45, kereta melintas di jalur hutan angker yang dikenal sebagai “Lintasan Arwah.” Saat itulah keanehan mulai terjadi. Lampu-lampu di dalam gerbong berkedip, sinyal komunikasi terputus, dan dari pengeras suara terdengar pengumuman misterius: “Selamat datang di perjalanan menuju akhir.”
Salah satu penumpang, Raka (Angga Yunanda), seorang jurnalis muda, merasa ada sesuatu yang janggal. Ia mulai merekam kejadian-kejadian aneh dengan kameranya. Namun, situasi berubah menjadi mimpi buruk ketika seorang penumpang ditemukan tewas dengan tubuh tergantung di toilet gerbong. Tubuhnya berlumuran darah dengan simbol aneh terukir di dadanya.
Ketegangan meningkat saat kematian berikutnya terjadi. Setiap kali kereta melewati terowongan, seseorang menghilang. Film Kereta Berdarah (2024) membangun misteri bertahap — siapa pelaku sebenarnya? Apakah ini pembunuhan berantai atau kekuatan supranatural yang menghantui jalur itu?
Raka bersama Laras (Adhisty Zara), seorang mahasiswi psikologi yang juga menjadi penumpang, berusaha mengungkap kebenaran. Dari catatan lama kondektur, mereka menemukan legenda tentang “Kereta Sangkara,” yang konon pernah mengalami kecelakaan parah puluhan tahun lalu dan menewaskan seluruh penumpangnya. Arwah mereka diyakini masih gentayangan, mencari tubuh baru untuk menebus kematian yang tidak adil.
Setiap adegan film ini dikemas dengan ketegangan visual khas Rizal Mantovani — pencahayaan redup, efek suara berlapis, dan perpaduan antara realita dan halusinasi yang membuat penonton sulit membedakan mana dunia nyata dan mana mimpi buruk.
Klimaks film terjadi ketika Raka dan Laras menemukan ruang tersembunyi di gerbong terakhir — sebuah ruang ritual berdarah tempat korban pertama dijadikan tumbal. Dalam adegan yang mencekam, arwah para penumpang korban kecelakaan lama bangkit dan menyerang para penumpang hidup. Raka menyadari bahwa seluruh kejadian ini adalah siklus kutukan, dan hanya dengan menghentikan kereta di titik awal kecelakaan, arwah-arwah itu bisa dibebaskan.
Dalam adegan penutup, Raka mengorbankan dirinya dengan menarik rem darurat di tengah terowongan Sangkara. Kereta berhenti mendadak, suara jeritan bergema, dan semuanya berakhir dalam keheningan. Ketika pagi tiba, petugas menemukan kereta kosong tanpa penumpang, hanya darah mengering di lantai dan kamera Raka yang merekam kalimat terakhirnya: “Beberapa perjalanan memang tidak dimaksudkan untuk sampai tujuan.”
Kereta Berdarah (2024) menampilkan kombinasi antara horor klasik dan thriller modern, menghadirkan atmosfer claustrophobic yang intens. Pesan moral tersirat dalam film ini — tentang keserakahan, dosa masa lalu, dan keinginan manusia untuk melarikan diri dari konsekuensi perbuatannya.
Dengan arahan visual yang matang dari Rizal Mantovani, dan naskah kuat dari Erwanto Alphadullah, film ini menjadi salah satu film horor Indonesia paling ambisius tahun 2024, menegaskan bahwa ketakutan terbesar manusia bukan datang dari luar, melainkan dari dosa yang belum ditebus.
Tonton langsung Kereta Berdarah (2024) subtitle Indonesia hanya di Filmkita21, dan rasakan sensasi terjebak dalam perjalanan maut yang takkan pernah terlupakan.
