“Guts (2025) adalah film horor-thriller psikologis berdarah dengan ketegangan intens dan kejutan tak terduga, ketika sekelompok orang terperangkap dalam permainan mematikan yang menguji keberanian, moral, dan batas kemanusiaan mereka.”
SINOPSIS FILM: Guts (2025)
Guts (2025) membawa penonton ke dalam dunia gelap penuh darah, paranoia, dan ujian mental ekstrem. Berlatar di sebuah gedung kosong bekas rumah sakit jiwa di pinggiran kota, film ini mengikuti delapan orang asing yang tiba-tiba terbangun di dalam ruangan berjeruji tanpa ingatan bagaimana mereka bisa sampai ke sana. Di dinding terpampang tulisan merah mencolok: “Tunjukkan keberanianmu, atau ususmu yang bicara.”
Tokoh utama film ini adalah Tessa Ward, seorang paramedis muda yang terbiasa menghadapi situasi darurat namun kini harus berjuang untuk bertahan hidup dalam skenario terencana. Bersamanya ada Eli, pria misterius dengan tato militer yang mengindikasikan masa lalu kelam; Mira, influencer media sosial yang hanya peduli pada citra dirinya; Jacob, profesor psikologi; dan beberapa karakter lainnya dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Film dibuka dengan adegan menegangkan: kamera berputar perlahan mengikuti Tessa yang terbangun dalam kegelapan total. Ia menyalakan lampu darurat kecil dari saku medisnya dan menemukan ruangan kotor penuh coretan darah. Musik latar bernada rendah dan suara tetesan air menciptakan atmosfer claustrophobic. Tiba-tiba, pengeras suara tua menyala, mengumumkan instruksi: “Hanya yang punya nyali akan keluar hidup-hidup. Pilihan pertama dimulai sekarang.”
Ujian pertama berlangsung brutal. Mereka harus memilih satu orang untuk membuka pintu keluar pertama — namun orang itu harus memotong bagian kecil dari perutnya sendiri sebagai “tanda keberanian.” Ketegangan meningkat saat semua karakter saling mencurigai. Kamera handheld menangkap kepanikan, keringat, dan tatapan saling menghakimi. Akhirnya Eli secara sukarela maju, membedah sedikit kulit perutnya untuk membuka pintu pertama. Adegan ini divisualisasikan secara realistis namun tidak berlebihan, dengan efek prostetik berdarah yang mengingatkan pada film horor klasik seperti Saw.
Seiring mereka melangkah ke ruangan berikutnya, misteri mulai terbuka. Setiap ruangan menampilkan “ujian keberanian” yang berbeda — mulai dari menghadapi ketakutan pribadi, mengorbankan orang lain, hingga membuat keputusan moral yang memecah kelompok. Dalam salah satu adegan menegangkan, Mira dipaksa memilih antara membakar barang bukti yang bisa menyelamatkan semua orang atau mempertahankan teleponnya yang berisi pesan rahasia. Keputusan egoisnya memicu pertengkaran besar dan kematian pertama yang brutal.
Jacob, sang profesor, mulai menganalisis pola permainan ini. Ia menemukan bahwa ruangan-ruangan tersebut mencerminkan trauma masa lalu setiap peserta. Mereka bukan dipilih secara acak — masing-masing memiliki hubungan tidak langsung dengan sebuah kasus kriminal berdarah lima tahun sebelumnya. Potongan flashback perlahan mengungkapkan keterlibatan mereka dalam insiden itu, dan bahwa orang di balik permainan ini mencari balas dendam.
Sinematografi Guts (2025) sangat efektif dalam menciptakan ketegangan psikologis. Cahaya remang, warna hijau pucat khas rumah sakit jiwa, dan suara ambient seperti pintu berdecit atau napas berat memperkuat suasana terjebak. Kamera sering menggunakan teknik POV (point of view) untuk menempatkan penonton dalam posisi karakter, membuat setiap keputusan terasa personal dan mengerikan.
Pertengahan film menampilkan klimaks psikologis ketika Tessa menemukan rekaman CCTV lama yang menunjukkan bahwa semua peserta — termasuk dirinya — pernah berada di rumah sakit ini lima tahun lalu sebagai saksi mata diam dalam kasus pembunuhan pasien. Orang yang menjalankan permainan adalah saudara korban, yang kini memanfaatkan trauma mereka untuk “menghakimi” keberanian dan moral mereka satu per satu.
Klimaks film terjadi di ruangan terakhir, di mana hanya Tessa dan Eli yang tersisa. Mereka harus saling berhadapan dalam ujian final: satu harus bertahan hidup, sementara yang lain menjadi “pengorbanan terakhir.” Adegan duel ini berlangsung dalam ruangan putih steril, kontras tajam dengan ruangan gelap sebelumnya. Kamera mengikuti gerakan mereka secara intens, memperlihatkan kelelahan fisik dan beban emosional. Dalam keputusan heroik, Eli memilih mengorbankan dirinya agar Tessa bisa hidup dan mengungkap kebenaran kepada dunia luar.
Akhir film menunjukkan Tessa keluar dari gedung dengan luka fisik dan batin mendalam. Polisi dan media mengepung lokasi. Dalam wawancara penutup, ia berkata lirih, “Kami pikir kami hanya diuji keberanian… ternyata kami sedang diadili.” Kamera menjauh memperlihatkan gedung tua itu dari udara, dengan suara rekaman misterius tersisa: “Permainan belum selesai.”
Guts (2025) menyajikan kombinasi sempurna antara horor psikologis, gore yang presisi, dan plot misteri balas dendam. Ceritanya membangun ketegangan secara bertahap, memperdalam karakter, dan memberi twist yang memuaskan.
Jangan lewatkan permainan keberanian paling mengerikan tahun ini dalam Guts (2025) hanya di Filmkita21.
