Janji Darah (2024) adalah film horor romantis Indonesia yang disutradarai oleh Sentot Sahid dan Andri Sofyansyah, menghadirkan kisah cinta tragis antara dua insan yang terikat janji suci — janji yang bahkan kematian tidak mampu memisahkan. Dengan sentuhan mistik dan emosi yang mendalam, film ini menggali batas antara cinta sejati dan kutukan darah yang tak bisa terhapus waktu.
SINOPSIS
Janji Darah (2024) menceritakan kisah Rendra (Kevin Ardilova) dan Laras (Yasamin Jasem), dua jiwa muda yang tumbuh bersama di desa kecil di lereng gunung. Mereka bersahabat sejak kecil dan berjanji untuk saling melindungi, apa pun yang terjadi. Saat beranjak dewasa, persahabatan mereka berubah menjadi cinta yang tulus, namun terhalang oleh restu keluarga.
Suatu malam, mereka membuat sebuah janji darah, menyayat jari mereka dan mengikatkannya bersama sembari bersumpah di bawah bulan purnama: “Jika aku pergi lebih dulu, janjiku adalah tetap menjagamu di mana pun aku berada.” Tidak ada yang menyangka, janji itu akan menjadi awal dari tragedi mengerikan yang melampaui batas dunia.
Beberapa tahun kemudian, kecelakaan tragis menimpa Rendra. Mobil yang ia kendarai tergelincir di jalan pegunungan, menewaskannya seketika. Laras terpukul berat dan mengalami trauma mendalam. Sejak malam pemakaman, kejadian aneh mulai menghantui rumahnya. Laras sering mendengar bisikan Rendra di telinganya, mencium aroma darah besi, dan melihat bayangan pria di balik kaca jendela kamar.
Pada awalnya, ia percaya itu hanyalah halusinasi karena kehilangan. Namun semakin lama, tanda-tanda kehadiran Rendra menjadi nyata. Barang-barang di rumah bergerak sendiri, foto mereka berdua berubah posisi, dan di dinding kamar muncul tulisan merah: “Aku di sini, masih menjagamu.”
Film Janji Darah (2024) tidak hanya menampilkan horor visual, tetapi juga ketegangan psikologis yang kuat. Laras terjebak antara cinta dan ketakutan, antara keinginan untuk bersama dan rasa bersalah karena janji mereka kini menjadi kutukan. Ia meminta bantuan kepada Pak Sastro (Egi Fedly), seorang dukun tua yang memahami ilmu “ikatan darah.” Dari sanalah terungkap kebenaran bahwa janji darah yang diucapkan di bawah bulan purnama adalah ritual kuno pemanggilan roh penjaga, dan hanya bisa diputuskan dengan pengorbanan yang lebih besar.
Klimaks film terjadi ketika Laras harus memilih antara melepaskan roh Rendra agar jiwanya tenang, atau membiarkannya tinggal di dunia manusia dengan konsekuensi kematian bagi dirinya sendiri. Dalam adegan menegangkan di kuburan tua, Laras meneteskan air mata darah saat ia membaca mantra pembebasan. Sosok Rendra muncul, memeluknya dengan lembut, lalu perlahan memudar menjadi abu. Namun sebelum menghilang, ia berbisik: “Janji itu tetap abadi, meski darah kita berhenti mengalir.”
Adegan terakhir memperlihatkan Laras berjalan sendirian di pagi hari, membawa gelang merah yang dulu mereka pakai bersama. Di kejauhan, angin berhembus lembut, seolah Rendra masih menjaganya dari dunia lain.
Sinematografi Janji Darah (2024) tampil elegan dan atmosferik — penuh kabut, pencahayaan remang, dan warna merah darah yang menjadi simbol cinta sekaligus kutukan. Musik latar yang haunting menambah intensitas setiap adegan, menggambarkan emosi Laras yang terombang-ambing antara kehilangan dan kelegaan.
Dengan gaya penceritaan khas Sentot Sahid dan Andri Sofyansyah, film ini tidak hanya menghadirkan ketegangan, tetapi juga keindahan visual dan pesan emosional yang mendalam: bahwa cinta sejati tidak selalu harus dimiliki — kadang ia hanya bisa dijaga, bahkan setelah kematian.
Janji Darah (2024) menjadi perpaduan sempurna antara romansa tragis dan horor spiritual, mengingatkan penonton bahwa janji yang diucapkan dengan hati bisa menjadi doa… atau justru kutukan abadi.
Tonton langsung Janji Darah (2024) subtitle Indonesia hanya di Filmkita21, dan saksikan kisah cinta abadi yang berubah menjadi teror menggetarkan jiwa.
