“Oblivion Verses (2018) adalah film drama-fantasi puitis yang menyentuh hati, menyoroti ingatan, kehilangan, dan hubungan manusia dengan kenangan yang rapuh.”
SINOPSIS FILM: Oblivion Verses (2018)
_1.png)
Oblivion Verses (2018) adalah film drama-fantasi penuh makna yang lahir dari kolaborasi internasional antara Cile, Prancis, dan Portugal. Film ini menyajikan cerita yang sarat simbolisme, menghadirkan refleksi tentang ingatan, sejarah, dan kemanusiaan melalui visual puitis yang indah sekaligus melankolis.
Cerita berpusat pada seorang pria tua penjaga arsip bernama Don Lucho, yang hidup menyendiri di sebuah gudang arsip tua di tengah kota. Ia menghabiskan hari-harinya menyusun, membaca, dan menjaga dokumen yang hampir terlupakan dunia. Suatu hari, ia menemukan sebuah jenazah wanita yang tidak dikenalnya, terbengkalai di jalanan setelah terjadinya kerusuhan. Jenazah itu ditinggalkan tanpa penghormatan, seolah-olah ia hanyalah bagian dari kekacauan yang tidak penting.
Didorong oleh rasa kemanusiaan dan juga kesepian mendalam yang ia rasakan, Don Lucho memutuskan untuk memberikan pemakaman yang layak bagi wanita itu. Perjalanan ini menjadi inti dari Oblivion Verses (2018), sebuah perjalanan penuh makna tentang bagaimana manusia berusaha mempertahankan martabat bahkan dalam kondisi terburuk.
Sepanjang film, Don Lucho ditemani oleh seorang pengendara muda yang ia temui dalam perjalanan. Keduanya menghadapi banyak rintangan: dari pasukan bersenjata yang menguasai kota hingga birokrasi yang kaku. Namun, tekad mereka untuk memberikan kehormatan terakhir tidak goyah. Di balik kisah sederhana ini, film menyimpan kritik sosial tentang bagaimana masyarakat sering melupakan kemanusiaan dalam hiruk pikuk politik dan kekuasaan.
Film ini juga dipenuhi dengan adegan-adegan simbolis. Gudang arsip yang penuh dengan dokumen usang menjadi metafora bagi ingatan kolektif yang sering diabaikan. Sosok Don Lucho melambangkan kesetiaan pada sejarah, meski dunia di luar semakin melupakan. Adegan perjalanan melalui lanskap perkotaan yang hancur menjadi gambaran nyata dari kehancuran sosial dan moral yang dihadapi masyarakat modern.
Sinematografi Oblivion Verses (2018) begitu memikat dengan visual puitis: cahaya lembut yang masuk dari jendela tua, kabut yang menyelimuti jalanan, hingga langit senja yang muram. Semua elemen ini memperkuat nuansa melankolis sekaligus menghadirkan keindahan dalam kesedihan. Musik latar minimalis juga memperkuat atmosfer, membuat penonton larut dalam dunia penuh simbol dan emosi.
Akting pemeran utama menghadirkan kedalaman emosional luar biasa. Don Lucho tampil sebagai sosok rapuh namun penuh tekad, seorang pria tua yang mencoba memberi arti dalam hidupnya di penghujung usia. Interaksinya dengan pengendara muda menghadirkan dinamika generasi: pertemuan antara masa lalu yang penuh kenangan dan masa depan yang penuh ketidakpastian.
Klimaks film terjadi ketika Don Lucho akhirnya berhasil membawa jenazah wanita itu ke pemakaman. Meski upaya ini tampak sederhana, namun maknanya begitu besar. Adegan itu menjadi simbol penghormatan terakhir tidak hanya untuk wanita itu, tetapi juga untuk semua kenangan, sejarah, dan kemanusiaan yang sering dilupakan.
Pesan moral dari Oblivion Verses (2018) adalah tentang pentingnya ingatan dan penghormatan. Film ini mengingatkan bahwa manusia bukan hanya hidup untuk masa kini, tetapi juga terikat pada masa lalu dan kenangan yang membentuk identitas kita. Mengabaikan kenangan sama dengan mengabaikan kemanusiaan itu sendiri.
Dengan durasi sekitar dua jam, film ini memang tidak untuk semua orang. Alurnya lambat, penuh kontemplasi, dan sarat simbolisme. Namun, bagi penonton yang mencintai sinema puitis, Oblivion Verses (2018) adalah sebuah karya yang dalam, menyentuh, dan penuh makna.
Informasi lebih lengkap mengenai film ini bisa ditemukan di platform resmi. Untuk koleksi sinopsis film drama-fantasi lainnya, penonton bisa menemukannya di Filmkita21.
Jangan lewatkan perjalanan puitis penuh emosi ini hanya di Filmkita21.
