“Death Race 2050 (2017) adalah film aksi-satir penuh darah, ketika pemerintah totaliter menggelar balapan maut untuk mengendalikan rakyat sekaligus memuaskan dahaga hiburan brutal.”
SINOPSIS FILM: Death Race 2050 (2017)
Death Race 2050 adalah film aksi-satir yang merupakan reboot dari Death Race 2000 (1975), diproduksi oleh Roger Corman, legenda di balik film kultus orisinal. Disutradarai G.J. Echternkamp, film ini menggabungkan kekerasan absurd, humor gelap, dan kritik sosial yang tajam, menghadirkan nuansa berbeda dibandingkan seri Death Race lain yang lebih serius.
Cerita berlatar di tahun 2050, ketika Amerika Serikat dikuasai pemerintah totaliter yang menggunakan hiburan brutal untuk mengendalikan rakyat. Balapan mematikan bernama Death Race menjadi acara paling populer, di mana para pembalap tidak hanya berkompetisi untuk mencapai garis akhir, tetapi juga mendapatkan poin dengan menabrak pejalan kaki di sepanjang jalur. Death Race 2050 (2017) menegaskan bahwa tontonan darah telah menjadi alat politik untuk menjaga rakyat tetap tunduk.
Tokoh utama adalah Frankenstein (Manu Bennett), pembalap legendaris yang sudah menjadi ikon Death Race. Dengan topeng khas dan reputasi tak terkalahkan, ia kembali ke lintasan untuk menghadapi lawan-lawan gila seperti Tammy the Terrorist, Minerva Jefferson, dan Dr. Creamer. Cerita Death Race 2050 (2017) penuh dengan karakter eksentrik, balapan absurd, dan momen gore yang dikemas dalam nuansa satir.
Film ini menampilkan balapan di berbagai lokasi futuristik yang absurd: kota neon penuh propaganda, gurun tandus penuh jebakan, hingga wilayah rakyat miskin yang terpinggirkan. Visual sengaja dibuat campy, dengan efek praktikal berlebihan, kostum mencolok, dan CGI yang sengaja terasa murahan untuk menghormati gaya kultus orisinal.
Selain aksi penuh darah, film ini juga mengandung kritik sosial tajam. Ia menyindir obsesi masyarakat modern terhadap hiburan ekstrem, kontrol politik melalui media, hingga kesenjangan sosial yang semakin melebar. Satir ini membuat Death Race 2050 (2017) lebih dari sekadar tontonan gore, tetapi juga refleksi tentang masa depan yang gelap.
Sinematografi menghadirkan nuansa campy dengan warna-warna mencolok, kamera cepat, dan penggambaran dunia distopia yang penuh propaganda. Musik energik menambah suasana gila di sepanjang film, memperkuat kesan absurd dan liar.
Manu Bennett tampil penuh karisma sebagai Frankenstein, membawa karakter ini ke level baru yang lebih liar. Para lawannya yang eksentrik menambah lapisan komedi gelap yang membuat setiap segmen balapan terasa unik.
Dengan gaya over-the-top, humor gelap, dan aksi gore brutal, Death Race 2050 (2017) menjadi tontonan wajib bagi pecinta film kultus dan penggemar satir sosial.
Jangan lewatkan balapan paling absurd dan penuh darah ini hanya di Filmkita21.
